7 KSATRIA DI FATE ZERO
- Saber, pengguna pedang yang memiliki statistik paling seimbang di antara
kelas-kelas Servant lain. Dipandang sebagai kelas Servant yang paling
difavoritkan menjadi juara. Identitas asli Servant Saber adalah Arturia,
perempuan muda yang merupakan identitas sebenarnya dari raja ksatria yang
dulu pernah memimpin Britania Raya. Master-nya adalah Emiya Kritsugu,
‘pemburu magus’ profesional yang mewakili pihak Einzbern, salah
satu dari tiga keluarga besar yang memprakarsai ritual ini. (Ya, tokoh
Saber ini sama dengan yang muncul di Fate/stay-night.)
Sulit
membayangkan Arthur sebagai tokoh sejarah. Kisah hidupnya terlalu banyak
dibumbui hal-hal gaib dan mistik. Dalam versi aslinya yang memang berbentuk
legenda, Arthur digambarkan sebagai pemimpin kelompok pahlawan super. Tempat
tinggalnya dipenuhi makluk-makluk aneh, raksasa dan berbagai keajaiban. Menurut
kisah Cai and Bedwyr, Arthur tinggal di bagian paling liar dari daratan
Britania. Arthur juga dilukiskan sebagai pelindung negerinya, pembunuh raksasa
dan penyihir, pemburu binatang buas seperti babi hutan raksasa, unicorn (kuda
bertanduk satu), kucing buas, naga terbang dan pembebas para tawanan. Setelah
kematiannya di Camlann, Arthur juga dipercaya akan hidup kembali dari Pulau
Avalon.
Meskipun banyak yang menganggap Arthur hanya tokoh rekaan, masih banyak juga yang percaya tokoh ini benar-benar pernah hidup. Golongan terakhir ini yakin Arthur hidup pada masa berakhirnya penjajahan Romawi di Inggris, pada sekitar abad ke-5 sampai 6 Masehi. Jika benar-benar ada, siapakah Arthur yang sebenarnya? Sampai saat ini tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Tetapi banyak tokoh sejarah yang dikait-kaitkan dengan Arthur. Tokoh yang sering disebut-sebut sebagai Arthur yang asli adalah Lucius Artorius Castus. Castus adalah komandan pasukan Romawi dari Sarmatian. Ia pernah memimpin pemadaman pemberontakan di Gaul (Perancis). Nama tengahnya, Artorius, mungkin kemudian dipakai sebagai nama gelar bagi para pahlawan abad ke-5 Masehi. Dari sinilah legenda Raja Arthur dimulai.
Mungkin saja asal muasal cerita ini berasal dari legenda Scytia. Budaya Scytia masuk ke Inggris pada abad ke-2 saat sekelompok pasukan berkuda dari Sarmatian (kaum Scytia) dibawa masuk oleh Arturius Castus ke Inggris Utara. Orang-orang Scytia adalah bangsa nomaden dari Eurasia. Kisah Arthur persis sama dengan legenda Bartraz dari Scytia. Kisah-kisah pedang Excalibur, pencarian cawan suci (Holy Grail) dan kembalinya pedang Excalibur ke dalam danau, juga banyak ditemukan dalam kisah-kisah kaum Scytia.
Meskipun banyak yang menganggap Arthur hanya tokoh rekaan, masih banyak juga yang percaya tokoh ini benar-benar pernah hidup. Golongan terakhir ini yakin Arthur hidup pada masa berakhirnya penjajahan Romawi di Inggris, pada sekitar abad ke-5 sampai 6 Masehi. Jika benar-benar ada, siapakah Arthur yang sebenarnya? Sampai saat ini tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Tetapi banyak tokoh sejarah yang dikait-kaitkan dengan Arthur. Tokoh yang sering disebut-sebut sebagai Arthur yang asli adalah Lucius Artorius Castus. Castus adalah komandan pasukan Romawi dari Sarmatian. Ia pernah memimpin pemadaman pemberontakan di Gaul (Perancis). Nama tengahnya, Artorius, mungkin kemudian dipakai sebagai nama gelar bagi para pahlawan abad ke-5 Masehi. Dari sinilah legenda Raja Arthur dimulai.
Mungkin saja asal muasal cerita ini berasal dari legenda Scytia. Budaya Scytia masuk ke Inggris pada abad ke-2 saat sekelompok pasukan berkuda dari Sarmatian (kaum Scytia) dibawa masuk oleh Arturius Castus ke Inggris Utara. Orang-orang Scytia adalah bangsa nomaden dari Eurasia. Kisah Arthur persis sama dengan legenda Bartraz dari Scytia. Kisah-kisah pedang Excalibur, pencarian cawan suci (Holy Grail) dan kembalinya pedang Excalibur ke dalam danau, juga banyak ditemukan dalam kisah-kisah kaum Scytia.
Kisah
Raja Arthur yang kita kenal sekarang merupakan kombinasi antara sejarah dan
mitologi. Kisah klasik ini dimulai dengan kisah pembuangan bayi Uther
Pendragon. Bayi yang dipungut Merlin ini kelak menjadi Raja Arthur. Arthur
membentuk pasukannya, ksatria meja bundar yang terdiri atas 24 ksatria.
Belakangan Arthur dikhianati oleh permaisurinya, Guinevere, yang main gila
dengan Lancelot du Lac. Saudara tirinya Mordred, juga mencoba merebut
kekuasaannya di Camelot saat Arthur dan ksatria meja bundar lainnya sedang
mencari Holy Grail. Kisahnya diakhiri dengan peperangan antara Raja Arthur dan
Mordred di Camlann. Ketika gugur, jenasahnya dibawa para peri ke Pulau Avalon
dan pedangnya dikembalikan ke dalam danau.
Kisah Arthur klasik dibumbui dengan segala sihir dan binatang-binatang mitologi seperti unicorn dan naga terbang. Meskipun nilai sejarahnya diragukan, kisah klasik ini menginspirasi para penulis untuk menuliskan kembali kisahnya dari sudut pandang yang berbeda. Pada tahun 1938, T.H. White menerbitkan Novel The Sword in the Stone. Pada tahun 1982, Marion Zimmer Bradley mengangkat kembali Arthur dalam Novel The Mists of Avalon.
Sineas film pun tak ketinggalan latah mengangkat kisah amburadul ini ke layar lebar. Yang paling terkenal adalah Excalibur (1981) karya John Boorman. Lalu ada film Merlin, The Mists of Avalon dan film kartun The Quest for Camelot. Richard Gere dan Sean Connery muncul dalam Film First Knight (1995). Belakangan Jerry Bruckheimer membuat terobosan berani dengan membuat Film King Arthur (2004) yang dibintangi oleh Clive Owen, Keira Knightley, Hugh Dancy dan Ioan Gruffudd. Berbeda dengan film-film Raja Arthur dan ksatria meja bundar lainnya yang penuh dengan sihir, Bruckheimer mengambil sudut pandang asal mula legenda Arthur, yaitu dari tokoh sejarah Artorius Castus, pemimpin pasukan Sarmatian Romawi yang ditugaskan di Inggris. Hanya saja Bruckheimer masih saja menempelkan tokoh-tokoh klasik macam Guinevere, Lancelot, Galahad, Bors dan Merlin yang masih diragukan keasliannya dalam ceritanya. Sebuah terobosan yang setengah-setengah!
Kisah Arthur klasik dibumbui dengan segala sihir dan binatang-binatang mitologi seperti unicorn dan naga terbang. Meskipun nilai sejarahnya diragukan, kisah klasik ini menginspirasi para penulis untuk menuliskan kembali kisahnya dari sudut pandang yang berbeda. Pada tahun 1938, T.H. White menerbitkan Novel The Sword in the Stone. Pada tahun 1982, Marion Zimmer Bradley mengangkat kembali Arthur dalam Novel The Mists of Avalon.
Sineas film pun tak ketinggalan latah mengangkat kisah amburadul ini ke layar lebar. Yang paling terkenal adalah Excalibur (1981) karya John Boorman. Lalu ada film Merlin, The Mists of Avalon dan film kartun The Quest for Camelot. Richard Gere dan Sean Connery muncul dalam Film First Knight (1995). Belakangan Jerry Bruckheimer membuat terobosan berani dengan membuat Film King Arthur (2004) yang dibintangi oleh Clive Owen, Keira Knightley, Hugh Dancy dan Ioan Gruffudd. Berbeda dengan film-film Raja Arthur dan ksatria meja bundar lainnya yang penuh dengan sihir, Bruckheimer mengambil sudut pandang asal mula legenda Arthur, yaitu dari tokoh sejarah Artorius Castus, pemimpin pasukan Sarmatian Romawi yang ditugaskan di Inggris. Hanya saja Bruckheimer masih saja menempelkan tokoh-tokoh klasik macam Guinevere, Lancelot, Galahad, Bors dan Merlin yang masih diragukan keasliannya dalam ceritanya. Sebuah terobosan yang setengah-setengah!
Saber
yg nama aslinya Arturia Pendragon merupakan anak dari raja Morgan Pendragon,
karena sang ayah malu memiliki pewaris tahta yg berkelamin perempuan maka
identitas asli Arturia ditutupi dan diapun diasingkan/ dibuang.
Ceritanya berakhir tragis karena Arturia yg besar dalam asuhan penyihir Merlin dan terlatih menjadi kuat dan tangguh dalam seni pedang dengan berbekal karisma dan tekadnya yg kuat bisa memiliki banyak pengikut yg tangguh dan setia, bersama para pengikutnya yg percaya bahwa dialah sang calon Raja [laki-laki] pewaris tahta yg sah akhirnya berperang melawan Raja Morgred yg berkuasa menggantikan Morgan Pedragon.
Dengan pembelaan dari pasukannya yg loyal dan bantuan dari pedang Excalibur pemberian peri danau yg beraura mistik, Arturia berhasil mengalahkan pasukan Morgred dalam sebuah pertempuran besar yg memakan banyak korban, salah satunya ialah Morgred sendiri yg kematiannya di tangan Arturia meninggalkan shock dan penyesalan yg tak habis2nya karena ternyata Morgred adalah adik kandungnya sendiri (anak dari Morgan Pedragon) dengan rambut pirang, mata hijau dan tubuh dan wajah yg persis sama karena Morgred ternyata juga seorang wanita...
Keberhasilannya mengambil alih kerajaan dan kemudian dinobatkannya Arturia menjadi King Arturia (walau sebenarnya dia perempuan) belum merupakan akhir, banyak sekali pemberontakan yg terjadi, kebanyakan berasal dari sisa2 pengikut adiknya Morgred, dan Arturia mesti menahan pilu berulang kali setiap kali harus mengerahkan pasukan ataupun turun berperang sendiri membunuhi para pemberontak tsb, sungguh bukan ini yg dia harapkan saat berambisi menjadi raja...
Pertempuran demi pertempuran terus menerus dia hadapi dan Arturia mulai letih dan bosan, suatu saat pedang mistiknya Excalibur dicuri dan dalam keadaan terpojok diapun akhirnya terkena sabetan pedang dan tombak dari lawan2nya, sang pengawal setianya Guinevre yg baru saja berhasil menemukan pedang Excalibur kembali, membawa lari Arturia ke dalam hutan, di bawah sebatang pohon oak tua Arturia yg sudah kehabisan darah meminta Guinevre untuk membuang Excaliburnya ke dalam danau untuk mengembalikannya kepada pemilik aslinya para peri.
Saat-saat matanya mulai menutup dan di hembusan nafas terakhirnya, Arturia bermohon agar diberikan kehidupan kedua agar bisa merubah kembali apa yg selama ini disesalinya..
_FIN_
Sumber : http://www.flashback.saber.yg.ditafs....oleh.xchalant
Ceritanya berakhir tragis karena Arturia yg besar dalam asuhan penyihir Merlin dan terlatih menjadi kuat dan tangguh dalam seni pedang dengan berbekal karisma dan tekadnya yg kuat bisa memiliki banyak pengikut yg tangguh dan setia, bersama para pengikutnya yg percaya bahwa dialah sang calon Raja [laki-laki] pewaris tahta yg sah akhirnya berperang melawan Raja Morgred yg berkuasa menggantikan Morgan Pedragon.
Dengan pembelaan dari pasukannya yg loyal dan bantuan dari pedang Excalibur pemberian peri danau yg beraura mistik, Arturia berhasil mengalahkan pasukan Morgred dalam sebuah pertempuran besar yg memakan banyak korban, salah satunya ialah Morgred sendiri yg kematiannya di tangan Arturia meninggalkan shock dan penyesalan yg tak habis2nya karena ternyata Morgred adalah adik kandungnya sendiri (anak dari Morgan Pedragon) dengan rambut pirang, mata hijau dan tubuh dan wajah yg persis sama karena Morgred ternyata juga seorang wanita...
Keberhasilannya mengambil alih kerajaan dan kemudian dinobatkannya Arturia menjadi King Arturia (walau sebenarnya dia perempuan) belum merupakan akhir, banyak sekali pemberontakan yg terjadi, kebanyakan berasal dari sisa2 pengikut adiknya Morgred, dan Arturia mesti menahan pilu berulang kali setiap kali harus mengerahkan pasukan ataupun turun berperang sendiri membunuhi para pemberontak tsb, sungguh bukan ini yg dia harapkan saat berambisi menjadi raja...
Pertempuran demi pertempuran terus menerus dia hadapi dan Arturia mulai letih dan bosan, suatu saat pedang mistiknya Excalibur dicuri dan dalam keadaan terpojok diapun akhirnya terkena sabetan pedang dan tombak dari lawan2nya, sang pengawal setianya Guinevre yg baru saja berhasil menemukan pedang Excalibur kembali, membawa lari Arturia ke dalam hutan, di bawah sebatang pohon oak tua Arturia yg sudah kehabisan darah meminta Guinevre untuk membuang Excaliburnya ke dalam danau untuk mengembalikannya kepada pemilik aslinya para peri.
Saat-saat matanya mulai menutup dan di hembusan nafas terakhirnya, Arturia bermohon agar diberikan kehidupan kedua agar bisa merubah kembali apa yg selama ini disesalinya..
_FIN_
Sumber : http://www.flashback.saber.yg.ditafs....oleh.xchalant
- Archer, spesialis serangan-serangan jarak jauh. Memiliki keunggulan untuk
bersikap independen tanpa tergantung pada keberadaan Master-nya. Master
Servant Archer adalah Tohsaka Tokiomi yang mewakili pihak Tohsaka,
satu dari tiga keluarga besar yang memprakarsai ritual ini. Sebagaimana
yang dibeberkan dalam perkembangan cerita Fate/stay-night,
identitas asli Servant Archer ini adalah raja para raja dari Babylon, Gilgamesh.
-
Gilgamesh, menurut Daftar raja Sumeria, adalah raja
kelima Uruk (Dinasti Awal II, dinasti pertama Uruk), anak laki-laki Lugalbanda,
yang memerintah sekitar 2650 SM. Menurut legenda, ibundanya adalah Ninsun,
(yang kadang-kadang disebut Ramat Ninsun), seorang dewi. Yang membingungkan,
ceritanya menggambarkan bahwa Gilgames dua-pertiga dewa dan sepertiga manusia.
Menurut sebuah dokumen lain, yang dikenal sebagai "Sejarah Tummal", Gilgames, dan akhirnya anak lelakinya, Urlugal, membangun kembali tempat penyembahwan dewi Ninlil, yang terletak di Tummal, satu blok dari kota Nippur. Dalam mitologi Mesopotamia, Gilgames dipuji sebagai makhluk setengah manusia yang mempunyai kekuatan super-manusia, yang membangun dinding besar untuk melindungi rakyatnya dari ancaman-ancaman dari luar. Cerita ini dapat dikatakan sebagai ekuivalen dari cerita Yunani tentang Heracles.
Quote:
Epos Gilgames adalah sebuah puisi epos dari Babilonia
dan merupakan salah satu di antara karya sastra paling awal yang dikenal.
Sebagai rangkaian legenda dan puisi Sumeria tentang raja dan pahlawan mitis
Gilgames, yang dianggap sebagai penguasa pada millennium ketiga SM, dikumpulkan
hingga menjadi sebuah puisi Akkadia yang panjang di kemudian hari, dengan versi
terlengkap yang masih ada sekarang dilestarikan dalam lempengan-lempengan tanah
liat dalam koleksi perpustakaan raja Asurbanipal dari Asyur pada abad ke-7 SM.
Salah sebuah cerita yang termasuk dalam epos ini berkaitan dengan air bah. Inti kisahnya berkisar pada hubungan antara Gilgames, seorang raja yang terpecah perhatiannya dan patah semangat oleh pemerintahannya, dan seorang sahabat, Enkidu, yang agak liar dan yang berusaha melakukan suatu upaya yang berbahaya bersama Gilgames. Banyak dari epos ini terpusat pada perasaan kehilangan Gilgames setelah kematian Enkidu, dan yang seringkali disebut oleh para sejarahwan sebagai salah satu karya sastra pertama yang sangat menekankan keabadian.
Epos ini dibaca luas dalam bentuk terjemahannya, dan pahlawannya, Gilgames, telah menjadi lambang budaya populer.
Salah sebuah cerita yang termasuk dalam epos ini berkaitan dengan air bah. Inti kisahnya berkisar pada hubungan antara Gilgames, seorang raja yang terpecah perhatiannya dan patah semangat oleh pemerintahannya, dan seorang sahabat, Enkidu, yang agak liar dan yang berusaha melakukan suatu upaya yang berbahaya bersama Gilgames. Banyak dari epos ini terpusat pada perasaan kehilangan Gilgames setelah kematian Enkidu, dan yang seringkali disebut oleh para sejarahwan sebagai salah satu karya sastra pertama yang sangat menekankan keabadian.
Epos ini dibaca luas dalam bentuk terjemahannya, dan pahlawannya, Gilgames, telah menjadi lambang budaya populer.
Pemerintahan Gilgames yang dianggap historis diyakini
berlangsung sekitar tahun 2700 SM-2500 SM, 200-400 tahun sebelum kisah-kisah
tertulis tertua yang dikenal. Penemuan artifak yang berkaitan dengan Agga dan
Enmebaragesi dari Kish, dua raja lainnya yang disebut dalam cerita-cerita ini,
telah memberikan kredibilitas kepada keberadaan historis Gilgames (Dalley 1989:
40-41).[1]
Sejarah epos ini seringkali dibagi ke dalam tiga periode: lama, menengah, dan kemudian. Sementara ada banyak versi dari cerita ini selama rentangan hampir 2000 tahun, hanya periode old dan kemudian yang telah memberikan cukup banyak temuan yang cukup signifikan yang memungkinkan penerjemahan yang koheren. Oleh karena itu, versi Babilonia lama, dan apa yang kini dirujuk sebagai edisi standar adalah teks-teks yang paling sering dimanfaatkan. Meskipun demikian, edisi standarnya telah menjadi dasar bagi terjemahan-terjemahan modern, dan versi lama hanya melengkapi versi standar apabila celah dalam lempengan tulisan pakunya besar.
Versi Sumeria tertua dari epos ini berasal dari masa Dinasti ketiga Ur (2150 SM-2000 SM) (Dalley 1989: 41-42). Versi Akkadia paling awal berasal dari awal milenium kedua (Dalley 1989: 45). Versi Akkadia "standar", disusun oleh Sin-liqe-unninni pada masa antara 1300 SM dan 1000 SM. Versi-versi Akkadia standard dan yang lebih awal dibedakan berdasarkan kata-kata pembukaannya. Versi yang lebih tua dimulai dengan kata-kata "Mengalahkan semua raja lainnya", sementara pembukaan versi standarnya incipit adalah "Ia yang melihat kedalaman" (ša nagbu amāru). Kata bahasa Akkadia nagbu, "kedalaman", kemungkinan harus diterjemahkan di sini sebagai "misteri yang tidak dikenal". Namun demikian, Andrew George percaya bahwa kata ini merujuk kepada pengetahuan khusus yang dibawa kembali Gilgames dari perjumpaannya dengan Uta-napishti: di sana ia memperoleh pengetahuan tentang ranah Ea, yang ranah kosmiknya dianggap sebagai mata air hikmat (George 1999: L [hlm. 50 dari bagian pengantar]). Pada umumnya, para penafsir merasa bahwa Gilgames diberikan pengetahuan tentang bagaimana menyembah para dewata, tentang mengapa kematian ditetapkan untuk manusia, tentang apa yang menjadikan seseorang raja yang baik, dan tentang hakikat sejati tentang bagaimana menjalani hidup yang baik.
Lempengan ke-11 mengandung mitos air bah yang kebanyakan disalin dari Epos Atrahasis. Lihat Mitos air bah Gilgames
Lempengan ke-12 kadang-kadang diperluas untuk ditambahkan hingga sisa eposnya untuk mewakili lanjutan dari ke-11 lempengan aslinya, dan kebanyakan ditambahkan di kemudian hari. Lempengan ini biasanya tidak disertakan hingga belakangan ini. Bagian ini mengandung inkonsistensi cerita yang mengejutkan: memperkenalkan Enkidu yang masih hidup, dan mengandung apa yang tampaknya tidak banyak berkiatan dengan epos 11 lempengan yang tersusun dengan baik hingga selesai. Bahkan dapat dikatakan bahwa epos ini disusun di sekitar struktur lingkaran; di sini barisi-baris permulaan eposnya dikutip pada akhir lempengan ke-11 untuk memberikan kepadanya sifat melingkar (sirkularitas) dan sekaligus finalitasnya. Lempengan 12 sesungguhnya sebuah salinan yang mirip dari cerita yang sebelumnya, di mana Gilgames mengutus Enkidu untuk mencari sejumlah benda miliknya dari Dunia Bawah, namun Enkidu meninggal dunia dan kembali dalam bentuk roh untuk mengisahkan sifat Dunia Bawah kepada Gilgames – sebuah kejadian yang tampaknya terlalu berlebihan, mengingat mimpi Enkidu tentang dunia bawah dalam Lempengan ke-7. [2].
Epos Gilgames banyak dikenal sekarang. Terjemahan modern pertama dari epos ini dikerjakan pada 1870-an oleh George Smith.[1] Lebih banyak terjemahan mutakhir termasuk sebuah yang dikerjakan dengan bantuan novelis Amerika John Gardner, dan John Maier, yang diterbitkan pada 1984. Pada 2001, Benjamin Foster menerbitkan sebuah bacaan penolong dalam Norton Critial Edition Series yang mengisi banyak kekosongan dari edisi standar dengan bahan sebelumnya. Edisi standar yang paling berwibawa adalah karya kritis tersunting dua jilid oleh Andrew George yang terjemahannya juga muncul dalam seri Penguin Classics pada 2003. Karya ini mewakili pembahasan yang paling lengkap atas bahan edisi standar. Ia membahas dg panjang lebar keadaan arkeologis bahannya, memberikan eksegesis lempengan demi lempengan dan memberikan terjemahan dwi-bahasa dua sisi.
Sejarah epos ini seringkali dibagi ke dalam tiga periode: lama, menengah, dan kemudian. Sementara ada banyak versi dari cerita ini selama rentangan hampir 2000 tahun, hanya periode old dan kemudian yang telah memberikan cukup banyak temuan yang cukup signifikan yang memungkinkan penerjemahan yang koheren. Oleh karena itu, versi Babilonia lama, dan apa yang kini dirujuk sebagai edisi standar adalah teks-teks yang paling sering dimanfaatkan. Meskipun demikian, edisi standarnya telah menjadi dasar bagi terjemahan-terjemahan modern, dan versi lama hanya melengkapi versi standar apabila celah dalam lempengan tulisan pakunya besar.
Versi Sumeria tertua dari epos ini berasal dari masa Dinasti ketiga Ur (2150 SM-2000 SM) (Dalley 1989: 41-42). Versi Akkadia paling awal berasal dari awal milenium kedua (Dalley 1989: 45). Versi Akkadia "standar", disusun oleh Sin-liqe-unninni pada masa antara 1300 SM dan 1000 SM. Versi-versi Akkadia standard dan yang lebih awal dibedakan berdasarkan kata-kata pembukaannya. Versi yang lebih tua dimulai dengan kata-kata "Mengalahkan semua raja lainnya", sementara pembukaan versi standarnya incipit adalah "Ia yang melihat kedalaman" (ša nagbu amāru). Kata bahasa Akkadia nagbu, "kedalaman", kemungkinan harus diterjemahkan di sini sebagai "misteri yang tidak dikenal". Namun demikian, Andrew George percaya bahwa kata ini merujuk kepada pengetahuan khusus yang dibawa kembali Gilgames dari perjumpaannya dengan Uta-napishti: di sana ia memperoleh pengetahuan tentang ranah Ea, yang ranah kosmiknya dianggap sebagai mata air hikmat (George 1999: L [hlm. 50 dari bagian pengantar]). Pada umumnya, para penafsir merasa bahwa Gilgames diberikan pengetahuan tentang bagaimana menyembah para dewata, tentang mengapa kematian ditetapkan untuk manusia, tentang apa yang menjadikan seseorang raja yang baik, dan tentang hakikat sejati tentang bagaimana menjalani hidup yang baik.
Lempengan ke-11 mengandung mitos air bah yang kebanyakan disalin dari Epos Atrahasis. Lihat Mitos air bah Gilgames
Lempengan ke-12 kadang-kadang diperluas untuk ditambahkan hingga sisa eposnya untuk mewakili lanjutan dari ke-11 lempengan aslinya, dan kebanyakan ditambahkan di kemudian hari. Lempengan ini biasanya tidak disertakan hingga belakangan ini. Bagian ini mengandung inkonsistensi cerita yang mengejutkan: memperkenalkan Enkidu yang masih hidup, dan mengandung apa yang tampaknya tidak banyak berkiatan dengan epos 11 lempengan yang tersusun dengan baik hingga selesai. Bahkan dapat dikatakan bahwa epos ini disusun di sekitar struktur lingkaran; di sini barisi-baris permulaan eposnya dikutip pada akhir lempengan ke-11 untuk memberikan kepadanya sifat melingkar (sirkularitas) dan sekaligus finalitasnya. Lempengan 12 sesungguhnya sebuah salinan yang mirip dari cerita yang sebelumnya, di mana Gilgames mengutus Enkidu untuk mencari sejumlah benda miliknya dari Dunia Bawah, namun Enkidu meninggal dunia dan kembali dalam bentuk roh untuk mengisahkan sifat Dunia Bawah kepada Gilgames – sebuah kejadian yang tampaknya terlalu berlebihan, mengingat mimpi Enkidu tentang dunia bawah dalam Lempengan ke-7. [2].
Epos Gilgames banyak dikenal sekarang. Terjemahan modern pertama dari epos ini dikerjakan pada 1870-an oleh George Smith.[1] Lebih banyak terjemahan mutakhir termasuk sebuah yang dikerjakan dengan bantuan novelis Amerika John Gardner, dan John Maier, yang diterbitkan pada 1984. Pada 2001, Benjamin Foster menerbitkan sebuah bacaan penolong dalam Norton Critial Edition Series yang mengisi banyak kekosongan dari edisi standar dengan bahan sebelumnya. Edisi standar yang paling berwibawa adalah karya kritis tersunting dua jilid oleh Andrew George yang terjemahannya juga muncul dalam seri Penguin Classics pada 2003. Karya ini mewakili pembahasan yang paling lengkap atas bahan edisi standar. Ia membahas dg panjang lebar keadaan arkeologis bahannya, memberikan eksegesis lempengan demi lempengan dan memberikan terjemahan dwi-bahasa dua sisi.
isi ke-11 Lempengan
1. Gilgames dari Uruk, raja terbesar di muka bumi,
dua-pertiga dewa dan sepertiga manusia, adalah Raja-Dewa terkuat yang pernah
ada. Ketika rakyatnya mengeluh bahwa ia terlalu kejam, dan menyalahgunakan
kekuasaannya dengan tidur dengan perempuan-perempuan lain sebelum mereka
ditiduri oleh suami mereka, dewi penciptaan Aruru menciptakan manusia liar
Enkidu, lawan yang setimpal yang juga menjadi pengganggu perhatiannya. Enkidu
ditaklukkan oleh pikatan seorang imam perempuan/pelacur (pelacur kuil) Shamhat.
2. Enkidu menantang Gilgames. Setelah suatu pertempuran hebat, Gilgames meninggalkan perkelahian ini (bagian ini hilang dari versi Babilonia Standar tetapi dipasok dari versi-versi lainnya). Gilgames mengusulkan sebuah petualangan di Hutan Aras untuk membunuh suatu roh jahat.
3. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap melakukan petualangan ke Hutan Aras, dengan dukungan dari banyak pihak termasuk dewa matahari Shamash.
4. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras.
5. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, roh jahat/monster penjaga pohon-pohon. Tetapi sebelum ini terjadi Humbaba mengutuk mereka berdua, dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena hal ini; lalu ia menebang pohon-pohon, yang mereka apungkan sebagai rakit untuk kembali ke Uruk.
6. Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, dewi Ishtar. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual ini. Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng.
7. Para dewata memutuskan bahwa ada yang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu. Hal ini juga menggenapi kutukan Humbaba. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan Dunia bawah sementara ia terbaring sekarat. Stephen Mitchell dan lain-lainnya menafsirkan hukuman ini sebagai hukuman atas pembunuhan terhadap Humbaba.
8. Gilgames meratap karena Enkidu, sambil menawarkan berbagai pemberian kepada banyak dewata agar mereka mau berjalan di sisi Enkidu di dunia bawah.
9. Gilgames berangkat untuk mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir yang sanat dahsyat yang diberikan keabadian oleh para dewata, dengan harapan bahwa ia pun dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan alewyfe Siduri yang berusaha membujuknya agar menghentikan perjalanannya itu.
10. Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi, sang jurumudi, dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah.
11. Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Ia mengatakan kepada Gilgames bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun demikian, Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya. Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular. Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgames kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgames menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.
2. Enkidu menantang Gilgames. Setelah suatu pertempuran hebat, Gilgames meninggalkan perkelahian ini (bagian ini hilang dari versi Babilonia Standar tetapi dipasok dari versi-versi lainnya). Gilgames mengusulkan sebuah petualangan di Hutan Aras untuk membunuh suatu roh jahat.
3. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap melakukan petualangan ke Hutan Aras, dengan dukungan dari banyak pihak termasuk dewa matahari Shamash.
4. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras.
5. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, roh jahat/monster penjaga pohon-pohon. Tetapi sebelum ini terjadi Humbaba mengutuk mereka berdua, dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena hal ini; lalu ia menebang pohon-pohon, yang mereka apungkan sebagai rakit untuk kembali ke Uruk.
6. Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, dewi Ishtar. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual ini. Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng.
7. Para dewata memutuskan bahwa ada yang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu. Hal ini juga menggenapi kutukan Humbaba. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan Dunia bawah sementara ia terbaring sekarat. Stephen Mitchell dan lain-lainnya menafsirkan hukuman ini sebagai hukuman atas pembunuhan terhadap Humbaba.
8. Gilgames meratap karena Enkidu, sambil menawarkan berbagai pemberian kepada banyak dewata agar mereka mau berjalan di sisi Enkidu di dunia bawah.
9. Gilgames berangkat untuk mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir yang sanat dahsyat yang diberikan keabadian oleh para dewata, dengan harapan bahwa ia pun dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan alewyfe Siduri yang berusaha membujuknya agar menghentikan perjalanannya itu.
10. Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi, sang jurumudi, dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah.
11. Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Ia mengatakan kepada Gilgames bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun demikian, Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya. Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular. Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgames kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgames menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.
- Lancer, spesialis pengguna tombak yang memiliki fokus lebih ke kelincahan.
Master dari Servant Lancer yang gentleman ini adalah Kayneth
El-Melloi Archibald, figur bangsawan ambisius dari pihak Mage’s
Association yang mengawasi ritual.
Identitas aslinya adalah Diarmuid Ua Duibhne
atau Diarmid O'Dyna (juga dikenal sebagai Diarmuid sang pangeran cinta).
Dia adalah putra dari Donn seorang prajurit Fianna dalam Dinasti
Fenian dari mitologi Irlandia. Ia paling dikenal sebagai kekasih Gra Inne,
yang dimaksudkan agar istri dari prajurit Fianna dapat memimpin Fionn mac
Cumhaill dalam The Pursuit of Diarmuid dan Gr aInne. Aonghus og atau
Aengus adalah ayah angkat Diarmuid dan pelindungnya. Aengus memiliki sebuah
pedang bernama Moralltach, Fury Besar, diberikan kepadanya oleh Manannan mac
LIR. Dia memberikan pedang ini untuk melatih anak-Diarmuid nya, di samping
pedang bernama Fury Kecil.
Diarmuid, ketika ia berburu di suatu malam, bertemu dengan seorang wanita yang merupakan perempuan muda. Setelah tidur dengan dia ia meletakkan tempat cinta magis di dahinya, setiap wanita yang melihat tempat cinta langsung jatuh cinta dengan dia.
GraInne, dari Fionn mac Cumhail berniat menjadi kekasihnya, dia merasa jatuh cinta dengan Diarmuid ketika dia melihat dia di pesta pernikahan. Dia meletakkan GEIS baginya untuk melarikan diri dengan Diarmuid, dengan penerbangan panjang mereka dari Fionn dibantu oleh Aonghus Og.
Akhirnya, Fionn memaafkan Diarmuid setelah Aonghus Og bertanggung jawab atas nama mereka, pasangan menetap di Kerry dan mempunyai lima anak. Bertahun-tahun kemudian, bagaimanapun, Fionn mengundang Diarmuid untuk berburu babi hutan, dan Diarmuid malah ditanduk oleh babi di hutan raksasa Benn Gulbain. Air minum dari tangan Fionn telah dapat penyembuhan, tetapi ketika Fionn mengumpulkan air dengan berjalan melalui jari-jarinya sebelum ia bisa membawanya ke Diarmuid. Dia terancam oleh putranya IO 铆 n dan cucu Oscar untuk bermain adil, tapi terlambat: Diarmuid telah meninggal. Setelah kematian Diarmuids, Aengus mengambil mayatnya kembali ke Brugh dimana ia meniupkan kehidupan ke dalamnya kapan pun ia ingin mengobrol. [1]
Kisah Diarmuid dan Gr 谩 Inne adalah salah satu dari sejumlah contoh dalam mitologi Irlandia yaitu cinta segitiga yang kekal bagi manusia muda, gadis muda dan peminang tua. Tema ini terlihat dalam kisah Naoise, Deirdre, dan Conchobar.
Diarmuid Ua Duibhne dikatakan pendiri klan Skotlandia Campbell.
Dalam pertunjukan tari 1999 Irlandia, "Menari di Lapangan Berbahaya", Diarmuid digambarkan oleh mantan Riverdance memimpin, Colin Dunne.
Diarmuid, ketika ia berburu di suatu malam, bertemu dengan seorang wanita yang merupakan perempuan muda. Setelah tidur dengan dia ia meletakkan tempat cinta magis di dahinya, setiap wanita yang melihat tempat cinta langsung jatuh cinta dengan dia.
GraInne, dari Fionn mac Cumhail berniat menjadi kekasihnya, dia merasa jatuh cinta dengan Diarmuid ketika dia melihat dia di pesta pernikahan. Dia meletakkan GEIS baginya untuk melarikan diri dengan Diarmuid, dengan penerbangan panjang mereka dari Fionn dibantu oleh Aonghus Og.
Akhirnya, Fionn memaafkan Diarmuid setelah Aonghus Og bertanggung jawab atas nama mereka, pasangan menetap di Kerry dan mempunyai lima anak. Bertahun-tahun kemudian, bagaimanapun, Fionn mengundang Diarmuid untuk berburu babi hutan, dan Diarmuid malah ditanduk oleh babi di hutan raksasa Benn Gulbain. Air minum dari tangan Fionn telah dapat penyembuhan, tetapi ketika Fionn mengumpulkan air dengan berjalan melalui jari-jarinya sebelum ia bisa membawanya ke Diarmuid. Dia terancam oleh putranya IO 铆 n dan cucu Oscar untuk bermain adil, tapi terlambat: Diarmuid telah meninggal. Setelah kematian Diarmuids, Aengus mengambil mayatnya kembali ke Brugh dimana ia meniupkan kehidupan ke dalamnya kapan pun ia ingin mengobrol. [1]
Kisah Diarmuid dan Gr 谩 Inne adalah salah satu dari sejumlah contoh dalam mitologi Irlandia yaitu cinta segitiga yang kekal bagi manusia muda, gadis muda dan peminang tua. Tema ini terlihat dalam kisah Naoise, Deirdre, dan Conchobar.
Diarmuid Ua Duibhne dikatakan pendiri klan Skotlandia Campbell.
Dalam pertunjukan tari 1999 Irlandia, "Menari di Lapangan Berbahaya", Diarmuid digambarkan oleh mantan Riverdance memimpin, Colin Dunne.
- Rider, spesialis pengguna ‘tungganggan’ yang memungkinkannya memiliki
daya hancur besar. Identitas asli dari Servant Rider adalah Alexander,
raja pemberani yang pernah nyaris menguasai seluruh dunia. Master-nya
adalah Waver Velvet, murid muda Kayneth yang menyimpan rasa
antipati terhadap gurunya. Waver turut serta dalam kompetisi ini dengan
mencuri artefak yang sebelumnya hendak Kayneth gunakan sebagai katalis
pemanggilan Servant. Dengan demikian, Waver menjadi Master dari Rider, dan
menjalin hubungan tak biasa dengan Servant-nya itu.
Aleksander III dari Makedonia (20/21 Juli 356 – 10/11 Juni 323 SM), lebih
dikenal sebagai Aleksander Agung (bahasa Yunani: Μέγας Ἀλέξανδρος, Mégas Aléxandros) atau Iskandar Agung/
Alexander sang Penakluk,yang hampir menaklukkan seluruh kerajaan di dunia kala
itu,
Dia adalah raja Kekaisaran Makedonia (bahasa Yunani: Βασιλεύς Μακεδόνων), sebuah
negara di daerah timur laut Yunani. Pada usia
tiga puluh tahun, dia memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai
pegunungan Himalaya. Dia tidak
pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai komandan perang
terhebat sepanjang masa.[1] Aleksander
lahir di Pella pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf
terkenal, Aristoteles. Pada tahun
336 SM Aleksander menggantikan ayahnya, Filipus II dari
Makedonia, sebagai pemimpin Makedonia setelah ayahnya dibunuh
oleh pembunuh gelap. Filipus sendiri telah menaklukan sebagian besar negara-kota di daratan
utama Yunani ke dalam hegemoni Makedonia, melalui militer dan diplomasi.
Setelah kematian Filipus, Aleksander mewarisi kerajaan
yang kuat dan pasukan yang berpengalaman. Dia berhasil mengukuhkan kekuasaan
Makedonia di Yunani, dan setelah otoritasnya di Yunani stabil, dia melancarkan
rencana militer untuk ekspansi yang tak sempat diselesaikan oleh ayahnya. Pada
tahun 334 SM dia menginvasi daerah kekuasaan Persia di Asia Minor dan memulai serangkaian kampanye militer yang berlangsung selama sepuluh tahun. Aleksander
mengalahkan Persia dalam sejumlah pertempuran yang menentukan, yang paling
terkenal antara lain Pertempuran Issus dan Pertempuran Gaugamela. Aleksander lalu menggulingkan kekuasaan raja Persia,
Darius III, dan
menaklukan keseluruhan Kekasiaran Persia (Kekasiaran Akhemeniyah).i[›] Kekaisaran
Makedonia kini membentang mulai dari Laut Adriatik sampai Sungai Indus.
Karena berkeinginan mencapai "ujung dunia",
Aleksander pun menginvasi
India pada tahun 326 SM, namun terpaksa mundur karena
pasukannya nyaris memberontak. Aleksander meninggal dunia di Babilonia pada
323 SM, tanpa sempat melaksanan rencana invasi ke Arabia. Setelah
kematian Aleksander, meletuslah serangkaian perang saudara yang memecah-belah
keksaisarannya menjadi empat negara yang dipimpin oleh Diadokhoi, para jenderal
Aleksander. Meskipun terkenal karena penaklukannya, peninggalan Aleksander yang
bertahan paling lama bukanlah pemerintahannya, melanikan difusi budaya yang terjadi berkat penaklukannya.
Berkat penaklukan Aleksander, muncul koloni-koloni
Yunani di daerah timut yang berujung pada munculnya budaya baru, yaitu
perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrania, Mesir, dan Persia yang disebut
dengan Peradaban Hellenis atau Hellenisme. Aspek-aspek Hellenis tetap ada dalam tradisi Kekaisaran Bizantium sampai pertengahan abad 15. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India
dan Cina. Khusus di
Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang
ditemukan di Tunhuang. Aleksander menjadi legenda sebagai pahlawan klasik
dan diasosiasikan dengan karakteristik Akhilles. Aleksander
juga muncul dalam sejarah dan mitos-mitos di Yunani maupun di luar Yunani.
Aleksander menjadi pembanding bagi para jenderal bahkan hingga saat ini,ii[›] dan banyak Akademi militer di seluruh
dunia yang mangajarkan siasat-siasat pertempurannya.[1]
Aleksander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa
kota yang semuanya dinamai berdasarkan namanya, seperti Aleksandria atau
Aleksandropolis. Salah satu dari kota bernama Aleksandria yang berada di
Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan
hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran
terhebat di dunia pada masa itu.
Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa
kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap
imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang
diperintah Aleksander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan
kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia). Gelar yang Agung atau Agung di
belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan
pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas.
- Caster, spesialis pengguna sihir. Identitas aslinya adalah Giles de Rais
alias Bluebeard, penyihir keji yang konon pernah menjadi orang
kepercayaan Joan of Arc sebelum kewarasannya hilang. Master-nya adalah Uryu
Ryunosuke, pemuda tampan yang sebenarnya adalah pembunuh berantai
anak-anak yang belakangan menghantui Fuyuki.
Pada September
13, 1440, Jean Uskup Nantes menandatangani kutipan hukum yang membawa Gilles de
Rais ke pengadilan. Baron de Rais dibesarkan atas tuduhan bahwa ia telah tewas,
dicekik, dan membantai anak-anak yang tidak bersalah dengan cara tidak
manusiawi dan berkomitmen dengan mereka dosa keji dan keterlaluan terhadap
sodomi alam di berbagai mode dan belum pernah terjadi kekacauan yang mungkin
tidak dapat diperbesar atas sini dengan alasan ketakutan mereka, tetapi yang
akan dinyatakan dalam bahasa Latin di tempat yang tepat dan waktu .... Dia
telah sering berlatih pembangkitan mengerikan dari setan. . . dan bahwa ia
telah mengorbankan dan mempersembahkan kurban kepada-setan dan menyimpulkan
perjanjian dengan mereka dan kejahatan lain yang dilakukan nakal dan dosa.
·
·
Spoiler for gambar3
·
·
·
Quote:
·
Selama sepuluh
tahun, dengan bantuan para pegawainya, de Rais konon memikat 200 anak-anak ke
kamarnya. Anak-anak ini berkisar antara enam dan delapan belas tahun. De Rais
terpesona dengan keindahan rasa sakit anak-anak yg mereka alami. Korbannya
tidak hanya perempuan, tapi juga anak laki laki. Jika anak laki-laki dikaruniai
dengan suara bernyanyi yang sangat baik, ia mungkin cukup beruntung melarikan
diri dengan hidupnya.
Daripada dihukum Pertanyaan, de Rais memilih untuk mengakui segalanya. Hanya pengakuan penuh akan menghindarkannya penyiksaan ia begitu akrab dengan. pengakuan menangis Nya begitu menjijikkan bahwa salah satu hakim dipindahkan menarik tirai di atas lukisan terdekat Yesus. Di pengadilan, de Rais membuktikan obsesinya dengan serial pembunuhan anak-anak dengan menjelaskan penderitaan mereka dengan sangat rinci. "Dia mengaku memiliki bergulung dalam kehangatan elastis usus mereka Dia mengaku bahwa dia telah merobek hati mereka melalui luka diperbesar dan membuka seperti buah masak.. Dan dengan mata yg berjalan sambil tidur, ia menatap jari-jarinya dan mengguncang mereka seolah-olah darah menetes dari mereka. " Dikatakan bahwa dia pernah memotong2 wanita hanil untuk bermain dengan janinnya.
Daripada dihukum Pertanyaan, de Rais memilih untuk mengakui segalanya. Hanya pengakuan penuh akan menghindarkannya penyiksaan ia begitu akrab dengan. pengakuan menangis Nya begitu menjijikkan bahwa salah satu hakim dipindahkan menarik tirai di atas lukisan terdekat Yesus. Di pengadilan, de Rais membuktikan obsesinya dengan serial pembunuhan anak-anak dengan menjelaskan penderitaan mereka dengan sangat rinci. "Dia mengaku memiliki bergulung dalam kehangatan elastis usus mereka Dia mengaku bahwa dia telah merobek hati mereka melalui luka diperbesar dan membuka seperti buah masak.. Dan dengan mata yg berjalan sambil tidur, ia menatap jari-jarinya dan mengguncang mereka seolah-olah darah menetes dari mereka. " Dikatakan bahwa dia pernah memotong2 wanita hanil untuk bermain dengan janinnya.
Pada tanggal 15 Mei 1440, Rais menculik seorang ulama selama
sengketa di Gereja Saint-Étienne-de-Mer-Morte. Tindakan itu diminta investigasi
oleh Uskup Nantes, di mana bukti kejahatan Gilles ' berhasil ditemukan.
Pada tanggal 29 Juli Uskup merilis temuannya, dan kemudian memperoleh kerja sama kejaksaan pelindung mantan Rais, Jean V, Duke of Brittany. Rais dan bodyservants nya Poitou dan Henriet ditangkap pada 15 September 1440 mengikuti penyelidikan sekuler yang sejajar dengan temuan dari penyelidikan dari Uskup Nantes. penuntutan Rais itu juga akan dilakukan oleh kedua sekuler dan gerejawi pengadilan, atas tuduhan yang mencakup pembunuhan, sodomi, dan bidah.
Kesaksian saksi luas meyakinkan hakim bahwa ada alasan yang cukup untuk menetapkan kesalahan De Rais. Setelah Rais mengakui kepada biaya-biaya pada tanggal 21 Oktober, pengadilan membatalkan rencana untuk menyiksa dia agar mengakui. Para petani dari desa-desa tetangga sebelumnya mulai menawarkan tuduhan bahwa karena anak-anak mereka telah memasuki benteng Gilles 'memohon makanan yang mereka belum pernah terlihat lagi. Transkrip, termasuk kesaksian dari orang tua dari banyak anak-anak yang hilang serta gambaran grafis dari pembunuhan yang disediakan oleh kaki tangan Gilles ", dikatakan begitu mengerikan bahwa para hakim memerintahkan bagian terburuk akan dicoret dari catatan.
Pada tanggal 29 Juli Uskup merilis temuannya, dan kemudian memperoleh kerja sama kejaksaan pelindung mantan Rais, Jean V, Duke of Brittany. Rais dan bodyservants nya Poitou dan Henriet ditangkap pada 15 September 1440 mengikuti penyelidikan sekuler yang sejajar dengan temuan dari penyelidikan dari Uskup Nantes. penuntutan Rais itu juga akan dilakukan oleh kedua sekuler dan gerejawi pengadilan, atas tuduhan yang mencakup pembunuhan, sodomi, dan bidah.
Kesaksian saksi luas meyakinkan hakim bahwa ada alasan yang cukup untuk menetapkan kesalahan De Rais. Setelah Rais mengakui kepada biaya-biaya pada tanggal 21 Oktober, pengadilan membatalkan rencana untuk menyiksa dia agar mengakui. Para petani dari desa-desa tetangga sebelumnya mulai menawarkan tuduhan bahwa karena anak-anak mereka telah memasuki benteng Gilles 'memohon makanan yang mereka belum pernah terlihat lagi. Transkrip, termasuk kesaksian dari orang tua dari banyak anak-anak yang hilang serta gambaran grafis dari pembunuhan yang disediakan oleh kaki tangan Gilles ", dikatakan begitu mengerikan bahwa para hakim memerintahkan bagian terburuk akan dicoret dari catatan.
:
Jumlah tepat korban Gilles 'tidak dikenal, karena
sebagian besar mayat-mayat itu dibakar atau dikubur. Jumlah pembunuhan pada
umumnya ditempatkan di antara 80 dan 200; beberapa telah menduga ke atas jumlah
600. Para korban berusia antara 6-18 dan termasuk kedua jenis kelamin.
Pada tanggal 23 Oktober 1440, pengadilan sekuler mendengar pengakuan dari Poitou dan Henriet dan mengutuk mereka berdua.
Diikuti dengan hukuman mati Gilles 'pada tanggal 25 Oktober. Gilles diizinkan untuk membuat permintaan terkahir, dan permintaannya adalah untuk dikubur di gereja biara Notre-Dame des Carmes di Nantes diberikan.
Pada tanggal 23 Oktober 1440, pengadilan sekuler mendengar pengakuan dari Poitou dan Henriet dan mengutuk mereka berdua.
Diikuti dengan hukuman mati Gilles 'pada tanggal 25 Oktober. Gilles diizinkan untuk membuat permintaan terkahir, dan permintaannya adalah untuk dikubur di gereja biara Notre-Dame des Carmes di Nantes diberikan.
Eksekusi dengan menggantung dan membakar ditetapkan
untuk Rabu 26 Oktober. Pada pukul sembilan, Gilles dan kedua kaki mereka
berjalan dalam prosesi ke tempat eksekusi di Ile de Biesse. Ada, Gilles
ditujukan kerumunan penonton dengan kesalehan menyesal, dan mendesak Henriet
dan Poitou berani mati dan hanya memikirkan keselamatan. Gilles 'untuk menjadi
orang pertama yang mati telah diberikan hari sebelumnya. Pada 11:00 sikat di
panggung itu dibakar dan Rais digantung. Tubuhnya ditebang sebelum dikonsumsi
oleh api dan diklaim oleh "empat wanita berpangkat tinggi" untuk
penguburan. Poitou Henriet dan dieksekusi dengan cara yang serupa.; tubuh
mereka namun dikurangi menjadi abu dalam kobaran api dan kemudian tersebar
- Berserker, Servant yang menukar kewarasannya dengan amarah dan kekuatan besar,
karenanya sulit dikendalikan. Wujud berupa ksatria hitam yang dimilikinya
mampu menggunakan apapun yang diraihnya sebagai senjata setingkat Noble
Phantasm. Master Servant misterius ini adalah Matou Kariya, teman
masa kecil dari istri Tokiomi, Tohsaka Aoi, yang mengambil
resiko teramat besar untuk menjadi Master untuk suatu alasan yang teramat
pribadi. Kariya merupakan wakil pihak Makiri, salah satu dari tiga
keluarga besar yang memprakarsai ritual ini.
- Assassin, spesialis kerahasiaan dan pergerakan sembunyi-sembunyi. Master
Servant Assassin adalah Kotomine Kirei, pendeta executioner
muda yang meski berasal dari pihak Gereja yang semestinya berperan sebagai
‘juri’ yang netral, tetap telah diutus secara khusus oleh ayahnya, Kotomine
Risei, untuk membantu Tohsaka Tokiomi. (Ya, ini Servant yang
serupa/sama dengan True Assassin yang muncul dalam rute Heaven’s Feel di Fate/stay-night.
Demikian pula dengan Kotomine Kirei.)
Sekte pengikut Hassan-i
Sabbah.
Hassasin, bahasa Arab الحشاشين, transliterasi
"Al-Hasyasyiin", (juga disebut Hasyisyin, Hasyasyiyyin,
Hasysyasyin atau Assassin) adalah salah satu cabang dari Islam Syi'ah Ismailiyah. Mereka mendirikan
beberapa pemukiman di Iran, Irak, Suriah dan Lebanon di bawah pemimpin
karismatik Hasan-i
Sabbah.
Mereka mengirim orang yang berdedikasi untuk membunuh pemimpin penting Sunni, yang dianggap mereka sebagai "kaum
kafir perebut takhta."[1] Sekte ini dihancurkan
oleh bangsa Mongol. Benteng terakhir
mereka dihancurkan oleh Hulagu Khan tahun 1272.
Pada
tahun 1904, ketika Khalifah Fatimiah VIII dan imam kelompok
Ismailiyah Maad al-Mustansir Billah sakit di Kairo, Wazirnya yang berpengaruh,
Al-Afdal, mengambil alih kekuasaan negara dan menunjuk anak bungsu khalifah,
Al- Musta'i (ipar sang wazir) sebagai khalifah, dalam sebuah kudeta
di istana. Nizar, sang pewaris
kekuasaan yang sebenarnya, pergi ke Alexandria, di saat dia mendapat dukungan
kuat dan lalu memimpin perlawanan,tetapi kemudian dikalahkan dan dibunuh atas
perintah saudaranya. Hal ini menyebabkan perpecahan di kalangan Ismailiyah, dan
para pendukung Nizar, yang dijuluki kaum
Nizaris,
pindah ke timur dan melanjutkan perjuangan mereka di bawah pimpinan mereka si
penyeru dari Persia yang kharismatik, Hassan-i Sabbah.
Kaum
Hasshashin seringkali menerima kontrak dari pihak luar. Richard the
Lionheart adalah salah satunya yang dicurigai membayar mereka untuk
membunuh Conrad de Montferrat. Dalam banyak kasus, kaum Hashshashin
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan musuh mereka. Korban-korban yang
terkenal diantaranya Wazir Abbasiyah yang terkenal Nizam al-Mulk (1092),
Wazir Fatimiah al-Afdal Shahanshah (1122)(bertanggung jawab memenjarakan
kaum Nizari), Ibn al-Khashshab dari Aleppo (1125), al-Bursuqi
dari Mosul (1126), Raymond II dari Tripoli (1152), Conrad de
Montferrat (1192), dan pangeran Edward (kemudian menjadi Edward I
dari Inggris) terluka oleh pisau beracun Hashshashin di tahun 1271.
Kebanyakan
kisah saat ini mengenai Assassin berasal dari Marco Polo, yang menyatakan telah
mengunjungi Alamut di tahun 1273 dalam pengembaraannya ke timur (kunjungan yang
secara luas dianggap fiktif karena basis pertahanan tersebut telah dihancurkan
oleh tentara Mongol di tahun 1256). Polo
menulis bahwa calon assassin diharuskan mengikuti ritual dimana mereka diberi
narkotika untuk merasakan 'sekarat', dan kemudian dibangunkan di dalam taman
penuh dengan anggur dan makanan mewah yang disajikan para gadis yang jelita. Si
calon kemudian diyakinkan bahwa ia berada di surga dan sang pemimpin, Hassan-i
Sabbah merupakan perwujudan dari keillahian dan bahwa seluruh perintahnya harus
diikuti, bahkan sampai mati. Kisah-kisah lainnya tentang Hashshashin berasal
dari pejuang perang salib yang kembali dari Levant yang bercerita mereka telah
berjumpa dengan pemimpin Nizari Syria Rashid ad-Dinan Sinan (Si orang tua dari
gunung)di benteng
Masyaf.Penggunaan bahan beracun tidak ada disebut di dalam sumber-sumber Ismailiyah, tidak juga di musuh-musuh mereka, Sunni dan Syiah, meski keduanya menderita akibat pembunuhan-pembunuhan oleh kaum Hashshashin. Misalnya Farhad Daftary dalam The Assassins Legends: Miths of the Isma'ili mengatakan: "di saat yang sama, di dalam budaya perang salib dari masa sebelum dan awal eropa modern, kaum Nizari di Persia dan Syria digambarkan sebagai tentara muslim bayaran yang membunuh korbannya selagi 'melayang' karena opium atau Hashish. Jika perancangan propaganda tentang pembunuh yang 'teler' ini tidak sesuai dengan realitas kompleks tentang disiplin dan pelatihan yang dibutuhkan untuk malukan tindakan jelas yang selalu bersifat politis, maka angapan umum tentang kaum Nizari sebagai komunitas pembunuh juga menafikan budaya mereka yang kaya dan beragam".
Sumber : www.kaskus.us
www.wikipedia,com
www.en.wikipedia.com
.